Memitigasi Risiko: Memahami Potensi Kecelakaan Canyoning dan Cara Menghindarinya

canyoning indonesia
asosiasi canyoning indonesia

Ditulis oleh Wendy Basyir / ACI Canyoneer Lvl 2

Canyoning atau canyoneering adalah olahraga petualangan yang memadukan berbagai disiplin seperti trekking, memanjat, berenang, dan rappelling (turun tebing menggunakan tali) untuk menyusuri sebuah ngarai atau jurang. Aktivitas ini menawarkan pengalaman unik dan seru untuk bersentuhan langsung dengan alam yang indah dan menakjubkan. Namun, seperti semua olahraga ekstrem, aktivitas canyoning juga menghadapkan pesertanya pada risiko yang melekat yang tidak boleh diabaikan. Artikel kesadaran risiko dalam canyoning ini bertujuan untuk mengedukasi peserta tentang potensi bahaya yang terkait dengan canyoning rekreasional, untuk mendorong perilaku yang bertanggung jawab, dan mempromosikan praktik yang aman.

1. Bahaya Fisik

Aktivitas canyoning menuntut peserta untuk melintasi medan yang bervariasi serta mengatasi berbagai rintangan. Risiko terpeleset, jatuh, atau cedera meningkat karena adanya permukaan licin, bebatuan yang tidak stabil, dan tebing yang curam. Oleh karena itu wajib didahului oleh penilaian terhadap zona pendaratan, kedalaman air, dan kekuatan arus guna mencegah cedera akibat benturan atau insiden terjebak.

2. Bahaya Lingkungan

Kondisi cuaca, proses geologis, dan interaksi ekologis menjadikan ngarai sebuah lingkungan yang dinamis. Peserta berpotensi bertemu satwa liar sehingga dibutuhkan kewaspadaan terhadap habitat alami mereka. Paparan suhu ekstrem, sengatan matahari, dan dehidrasi juga bahaya lingkungan yang potensial. Minimalisir risiko ini dengan sebaiknya membawa persediaan air yang cukup, menggunakan pelindung matahari, dan mengenakan pakaian yang tepat.

Lingkungan ngarai juga seringkali ditandai dengan adanya arus air deras, kolam-kolam dalam, serta rintangan yang tidak terlihat di bawah permukaan air. Ancaman paling signifikan di ngarai adalah potensi terjadinya banjir bandang, terutama setelah hujan lebat atau saat salju mencair. Peningkatan level air yang terjadi secara tiba-tiba dapat menciptakan situasi yang mengancam nyawa, sehingga menuntut evakuasi segera ke lokasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap anggota tim wajib memiliki kemampuan berenang yang baik dan memahami risiko tenggelam, hipotermia, serta kemungkinan terjebak di bawah air.

3. Bahaya Peralatan

Anda perlu menyadari bahwa memiliki peralatan yang tepat untuk canyoning sama pentingnya dengan memiliki pengetahuan teknis tentang teknik canyoning dan mengetahui lembah tempat Anda akan melakukan aktivitas tersebut.

Selain memilih peralatan yang tepat, canyoner juga harus memahami bagaimana cara merawat peralatan yang digunakan. Berdasarkan panduan perawatan dari Petzl, merawat peralatan bukan hanya soal memperpanjang usia pakainya, tetapi yang terpenting adalah menjaga standar keselamatan tertinggi.

Proses perawatan yang benar harus menjadi kebiasaan setiap kali Anda selesai beraktivitas.

a. Bilas Segera

b. Pencucian yang Tepat

Membersihkan peralatan secara mendalam membantu menjaga fungsinya dan memudahkan inspeksi visual.

  • Gunakan sabun dengan pH netral (seperti sabun mandi) dan air hangat dengan suhu maksimal 30°C.
  • Untuk noda membandel pada harness atau tali, Anda bisa menggunakan sikat kecil.
  • Jangan sekali-kali menggunakan deterjen, pelarut, atau pembersih kimia keras lainnya. Bahan-bahan ini dapat merusak material nilon dan plastik.
  • Hindari semprotan air bertekanan tinggi karena dapat merusak pelumas pada bagian bergerak peralatan logam dan merusak serat tekstil.

c. Proses Pengeringan yang Benar

Mengeringkan peralatan dengan benar sama pentingnya dengan mencucinya.

  • Keringkan semua perlengkapan dengan cara diangin-anginkan, jauh dari sumber UV seperti sinar matahari langsung atau sumber panas lain seperti api atau radiator.
  • Jangan simpan peralatan dalam kondisi lembap di dalam tas atau kontainer kedap air, karena dapat memicu tumbuhnya jamur.

Untuk perawatan khusus peralatan lainnya bisa anda cek di website atau artikel merk yang anda pakai atau journal online yang membahas hal serupa lainnya.

4. Kewaspadaan Cuaca

Canyoning sangat bergantung pada kondisi cuaca, terutama terkait hujan, yang dapat menyebabkan banjir bandang berbahaya akibat peningkatan volume air dan arus secara tiba-tiba. Memantau prakiraan cuaca untuk lembah dan daerah hulu aliran airnya sangat penting, dan disarankan untuk menghindari lembah selama periode hujan, bahkan hujan ringan atau jauh, demi keamanan. Meskipun cuaca kering seringkali ideal, hal ini dapat menurunkan tingkat air, yang dapat memengaruhi pengalaman dan navigasi. Waktu terbaik untuk pergi biasanya selama bulan-bulan musim panas yang hangat dengan tingkat air yang moderat, menghindari cuaca musim gugur yang tidak dapat diprediksi.

5. Dinamika Kelompok dan Komunikasi

Sebagai aktivitas kelompok, keberhasilan canyoning rekreasi bergantung pada kerja sama tim, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang efektif. Sangat penting bagi setiap tim untuk menyepakati cara berkomunikasi yang jelas, menunjuk seorang pemimpin, dan menyiapkan langkah-langkah darurat untuk merespons bahaya secara terkoordinasi.

Selain itu, tim harus menyadari dan mengelola perbedaan kemampuan antar anggota baik dari segi keahlian, fisik, maupun mental dengan cara memilih rute yang sesuai, melatih keterampilan bersama, dan membangun kerja sama yang saling mendukung.

Dua Pendekatan untuk Mengendalikan Risiko dalam Canyoning

Berdasarkan informasi dari halaman Wild Sky Guides yang tentang risk management, ada dua pilihan strategi yang bisa kita terapkan di lapangan untuk mengendalikan risiko:

  1. Manajemen Risiko dalam Canyoning (Menurunkan Probabilitas)

Manajemen risiko adalah segala tindakan yang kita ambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan atau insiden yang tidak diinginkan. Dalam konteks canyoning, ini diwujudkan melalui:

  • Pengambilan keputusan yang terinformasi berdasarkan faktor-faktor seperti kondisi cuaca.
  • Pemilihan peralatan yang tepat dan sesuai.
  • Perencanaan rute yang cermat dan matang.

2. Mitigasi Risiko (Menurunkan Konsekuensi)

Sementara itu, mitigasi berfokus pada upaya untuk mengurangi dampak atau tingkat keparahan dari sebuah kecelakaan jika hal tersebut tetap terjadi. Contoh penerapan mitigasi risiko dalam canyoning meliputi:

  • Menggunakan backup atau third hand (seperti simpul Prusik atau alat mekanis) saat melakukan rappelling.
  • Memastikan tali benar-benar menyentuh dasar tebing sebelum mulai turun.
  • Mengenakan helm dan peralatan pelindung lainnya untuk mengurangi dampak benturan.
  • Memiliki kontak darurat yang siaga.

Dengan membedakan kedua pendekatan ini, para canyoneer dapat secara sadar menerapkan strategi yang tepat untuk membuat petualangan mereka menjadi lebih aman.

Referensi

  1. “Risk & Hazard” oleh Canyonlog
  2. “Tips for protecting your equipment” oleh PETZL
  3. “Canyoneering Hazard – Flash Floods” oleh Canyoneering USA (CUSA)
  4. “What is canyoning? Equipment, Best season, Top spot” oleh Explore-Share
  5. “Managing Risk While Canyoning: Bridging The Gap Between Technical Competence and Good Judgement” oleh Wild sky guides

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *